Minggu, 20 Maret 2011

Food and Water Borne Dieases "THYPOID DIEASES"

A. Definisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Typhoid merupakan salah satu penyakit menular yang menyerang organ pencernaan ( terutama usus halus) yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa. Penyakit ini dapat menular melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut secara “faeco-oral”.

Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari a. Minggu I pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu II pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

Gejala – gejala penyakit typhoid :
1. Masa Permulaan (~7 hari)
• Febris makin naik
• Lemah/ fatique (lebih berat dari penyakit febris lain)
• Diare (enterocolitis) pd 10 – 20% (lebih pd anak)
• Anoreksia
• Bradikardi relatif (dibanding dgn takikardi febri tinggi)
• Ruam “rose spot”. Pada 30% kulit “putih”, biasanya < 5 becak , warna merah/orange, Makuko-papapular, Diameter1 – 4 cm lebih pada tubuh, hilang ssdh 5 hari.
2 Masa Penyakit: minggu ke2 mirip sindroma “influenza”
• Febris makin tinggi (39° - 40°C) & lebih sinambungan
• Bercucuran keringat / diaphoresis [> paracetamol TD]
• Nyeri kepala frontal
• Batuk kering
• Anoreksia / mual
• Perut kembung atau sakit (20 – 40%)
• Lemah (mungkin juga dari paracetamol: Awas! TD)
• Konstipasi / sembelit (berhari-hari, pembesaran limpa Peyers,bukan karena “tidak makan”)
• Hepatomegali (di RI lbh sering drpd hepato-splenomegali)
3. Masa Lanjuntan: minggu ke3
• Makin buruk/toksik
• Lemah serta myalgia
• Febris tinggi & sinambungan
• Abdomen makin kembung,
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
• Miokarditis: takipnea, rales paru
• Makin Apati, Lethargi, Delirium, Psikosis, Somnolen, Semikoma & Konvulsi


B. Epidemiologi
I. Frekuensi : Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang masih tergolong endemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia kasus demam tifoid telah tercantum dalam Undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit tersebut diduga erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan yang jelek (misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan minuman yang belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.3 Di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi proses tumbuh kembang, produktivitas kerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila penderita terkena penyakit ini setidaknya akan mengurangi jam kerja antara 4-6 minggu.

II. Distribusi : Proses penyebaran suatu penyakit dapat ditinjau dati tiga hal,yaitu :
1. Orang : Penyebaran penyakit Typhoid dilihat dari segi orang, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang berisiko terpapar bakteri Salmonella typhosa. Lebih spesifik lagi adalah orang – orang yang memiliki perilaku kebersihan yang buruk, contohnya memakai alat minum secara bergantian, apalagi salah satu diantara mereka dinyatakan oleh dokter positif terjangkit penyakit typhoid, misalnya anggota keluarga yang lain. Penyakit ini tidak membedakan jenis kelamin, baik pria maupun wanita dapat terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhi. Berdasarkan perbandingan umur, kelompok umur 12-30 tahun sebanyak 70-80%, pada umur 31 – 40 tahun sebesar 10-20% dan lebih dari dari 40 % Sebesar 5-10%.
2. Tempat : Penyakit Typhoid dilihat dari segi orang, yang dimaksud adalah tempat atau lokasi yang berisiko terpapar bakteri Salmonella typhi. Misalnya rumah dan tempat kerja atau sekolah. Rumah merupakan tempat yang paling perlu diwaspadai terjadinya penyebaran bakteri Salmonella typhi, karena di rumahlah sering terjadi perturangan alat makan dan minum. Tempat kedua adalah tempat kerja atau sekolah. Biasanya lokasi yang tepat adalah kafetaria. Dimana kafetaria inilah terjadi peristiwa yang sama dengan perilaku yang terjadi di rumah.
3. Waktu : Penyakit Typhoid dilihat dari segi orang, yang dimaksud adalah waktu dimana seseorang berisiko terpapar bakteri Salmonella typhi. Setiap hari, orang pasti melakukan aktivitas. Salah satu aktivitas mereka pasti memiliki risiko terpapar oleh bakteri tersebut. Waktu yang dimaksud adalah waktu dimana seseorang melakukan aktivitas makan dan minum. Misalnya pada saat makan siang di kafetarian tempat kerja atau sekolah.

III. Faktor Determinan :
a. Faktor Host.
Manusia merupakan satu – satunya sumber penularan bakteri Salmonella typhi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan seorang penderita demam carrier kronis. Tramisi bakteri terjadi dengan cara menelan makanan atau air yang terkontaminasi feses manusia yang terinfeksi Salmonella typhi. Selain itu, tranmisi kongental dapat terjadi secara transplansental dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia (beredar bakteri dalam darah) kepada bayi dalam kandungan atau tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu yang merupakan carrier demam typhoid dengan rute fekal oral, seseorang yang telah terinfeksi Salmonella typhi menjadi carrier kronis dan mengekresikan bakeri selama beberapa tahun.(Soegijanto,2002)
b. Faktor Agent
Salmonella typhi dapat hidup dan menginfeksi tubuh manusia. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan Salmonella typhi sebanyak 105- 109 yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Jumlah Salmonella typhi yang tertelan akan mempengaruhi masa inkubasinya, dimana semakin banyak Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh, maka semakin singkat masa inkubasi demam typhoid.(Tumbelaka,2003)
c. Faktor Lingkungan
Demam ini merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara meluas di daerah tropis terutama didaerah dengan sumber air yang tidak memadai dan standar higiene dan sanitasi rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam typhoid dari segi sosial adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sanitasi dan higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. ( Soegijanto,2002)

C. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

Salmonella typhi merupakan mikro-organisme bakteri gram negative yang motil, bergerak dengan rambut getar, bersifat aerob dan tidak membentuk spora. Bakteri ini hidup baik di dalam suhu tubuh manusia maupun suhu yang rendah sedikit serta mati pada suhu 70 0C maupun oleh anti septik. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu :
1. Antigen O (Somotik)
2. Antigen H (flagel)
3. Antigen Vi (Virulen)
4. Protein membran heloin.
Ketiga antigen tersebut dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam anti bodi yang lazim disebut aglutinin (Ngastiah,2002)


D. Mekanisme Penularan
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.Selanjutnya bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus, sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Melalui feses inilah disebarkan melalui ai yang rendah sanitasinya serta melalui beberapa serangga seperti kecoa dan lalat yang menempel pada makanan kita.

E. Cara Penanggulangan
Pencengahan adalah upaya- upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat demam tifoid.
a. Pencengahan Primer
Pencengahan ini merupakan upaya yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan timbulnya faktor penyebab demam tifoid pada seseorang yang dalam keadaan sehat. Pencengahan ini dilakukan dengan cara imunisasi dengan pemberian vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mencuci tangan sebelum menyiapakan dan memakan makanan dan menjaga kesehatan lingkungan. (WHO,2003)
b. Pencengahan Sekunder
Pencegahan ini bertujuan untuk menemukan kasusu-kasus secara dini dan pengobatan yang tepat, antara lain dengan cara :
- Pencarian penderita maupun carrier sedini mungkin
- Perawatan penderita dengan cara isolasi dan pengobatan selama 7-14 hari.
- Penderita diharuskan mengkonsumsi makanan yang berbentuk cair, tinggi protein, lembut dan mudah dicerna seperti bubur.

F. DAFTAR PUSTAKA

http://moveamura.files.wordpress.com/2010/04/askep-pada-klien-dengan-thypoid.pdf

http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/demam-thypoid.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitimuasar-5257-2-bab2.pdf

www.fk.uwks.ac.id/.../Demam%20Tifoid%20_%20Infeksi%20Lain%20dari%20Salmonella.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita-5371-2-babii.pdf

http://files.artikelkesehatan.webnode.com/200000024-11b8012b1b/Commnicable%20Disease.pdf

http://eprints.undip.ac.id/8069/1/Henry_Sanrtoso.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14687/1/10E00291.pdf

http://www.litbang.depkes.go.id/download/regulasi/KMK_155_2007_PEDOMAN_TATALAKS_FLU_BRG.pdf

- Tumbelaka, A.R,2003.Tata laksana Demam tifoid Pada Anak.Pediatrics Update. Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, FKUI.Jakarta.

- Soegijanto, S, 2002. Demam Tifoid. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Edisi Pelaksanaanya. Edisi Pertama. Salemba Medika. Jakarta.


Rr Wulan P
E2A009077
Reguler I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar