Senin, 21 Maret 2011

Air Borne Diseases ”TB Paru”

A. Definisi

- Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.

- Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, khas ditandai dengan terjadinya pembentukan granuloma dan nekrosis. Infeksi ini paling sering mengenai paru, akan tetapi dapat juga meluas mengenai organ-organ tertentu.

- Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberkulosis atau yang biasa disebut dengan TB Paru adalah suatu infeksi di daerah paru ( terkadang juga menyerang organ-organ lain, namun kebanyakan menyerang organ paru) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ditendai dengan pembentukan granuloma dan nekrosis

Diagnosis pasti TB paru didapat dari pemeriksaan mikroskopis adanya basil tuberkulosis dan kultur kuman pada media tertentu yang memakan waktu berminggu-minggu. Pada pemeriksaan mikroskopis sering terjadi false negatif karena tidak berhasil menemukan kuman pada sampel. Alternatif diagnosis yang lain adalah pemeriksaan radiologis dan uji serologis.

• Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.

1. Gejala umum (Sistemik)
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus (Khas)
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

B. Epidemiologi
I. Frekuensi
Di Indonesia, peyakit TBC menempati peringkat kedua penyebab kematian terbesar setelah penyakit jantung dan pembuluh darah (Yulianto, 2007). Setiap tahunnya terjadi 140.000 kematian yang diakibatkan oleh TBC. Menurut WHO, satu penderita TBC bisa menular kepada 10 – 15 orang yang sehat. WHO memperkirakan pada tahun 2005, 34% penderita TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2007). Pada banyak kasus, kuman TBC menyerang paru (penyakit TB paru) manusia pada usia antara 15-54 tahun. Pada usia ini, penurunan produktifitas dari penduduk dapat menurunkan pertumbuhan dan perkembangan negara tersebut.
Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271 per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261 ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan pengobatan diatas 86 % dan kematian sebanyak 140 ribu. Jumlah penderita di Indonesia ini merupakan jumlah persentase ketiga terbesar di dunia yaitu 10 %, setelah India 30 % dan China 15 %.

II. Distribusi
1. Orang : Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Dalam hal yang lebih spesifik, orang yang dominan rentan akan terinfeksi adalah orang yang sering melakukan aktivitas bersama pasien yang positif Tb paru.
2. Tempat : Lingkungan tempat tinggal atau rumah menrupakan tempat yang perlu di waspadai dalam penyebaran infeksi TB paru. Karena lrumah merupakan tempat yang paling banyak di habiskan untuk beraktivitas oleh seseorang setiap harinya. Selain rumah, tempat kerja ataupun sekolah merupakan tempat nomor dua yang perlu diwaspadai. Selain beraktivitas di rumah, seseorang akan sering menghabiskan waktu di tempat kerja maupun sekolah.
3. waktu : Waktu dimana orang melakukan aktivitas setiap harinya. Sehingga berkemungkinan mereka beraktivitas bersama orang yang telah positif dengan Tb paru.


III. Faktor Determinan
Penularan TB sangat dipengaruhi oleh masalah lingkungan, perilaku sehat penduduk, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan. Masalah lingkungan yang terkait seperti masalah kesehatan yang berhubungan dengan perumahan, kepadatan anggota keluarga, kepadatan penduduk, konsentrasi kuman, ketersediaan cahaya matahari, dll. Sedangkan masalah perilaku sehat antara lain akibat dari meludah sembarangan, batuk sembarangan, kedekatan anggota keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dll. Untuk sarana pelayanan kesehatan, antara lain menyangkut ketersediaan obat, penyuluhan tentang penyakit dan mutu pelayanan kesehatan.

C. Etiologi

Bakteri M. tuberculosis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch (Jawetz et al.,2008). Mycobacterium non pathogen merupakan mikroflora normal dalam tubuh. Bakteri M. tuberculosa merupakan bakteri patogen berbentuk batang non-motil yang sering menginfeksi manusia. Bakteri M. tuberculosa memiliki panjang 2-4 μm dan lebar 0.2-0.5 μm. Sifatnya yang obligat aerob menjadi sebab bakteri ini sering berkoloni di lobus atas paru yang merupakan daerah dengan aliran udara maksimal (Todar, 2009).
M. tuberculosis dikenal juga sebagai bakteri Batang Tahan Asam. Sifat hidrofobik permukaan selnya menyebabkan bakteri ini tahan terhadap zat kimia seperti asam dan basa (Jawetz et al., 2008). Dalam media Lowenstein-Jensen koloni M. tuberculosa berbentuk kecil kekuningan. Pewarnaan dengan Ziehl-Neelsen memberikan warna merah muda dalam pemeriksaan miksroskopis. Warna merah muda berasal dari carbol fuchsin yang terkandung dalam Ziehl-Neelsen. Untuk memeriksa secara mikroskopis, dibutuhkan 10.000 bakteri per ml sputum dengan perbesaran 100 x (Todar, 2009).

D. Mekanisme Penularan
Cara penularan TB paru dapat terjadi secara langsung melalui percikan dahak yang mengandung kuman TB, terisap oleh orang sehat melalui jalan napas dan kemudian berkembang biak di paru. Dapat juga terjadi secara tidak langsung bila dahak yang dibatukkan penderita ke lantai atau tanah kemudian mengering dan menyatu dengan debu, lalu beterbangan di udara; bila terisap orang sehat akan dapat menjadi sakit. Berdasarkan cara-cara penularan ini, TB paru juga dimasukkan dalam golongan airbone diseas

E. Cara Penanggulangan
1. Mencari pasien baru yang dicurigai terinfeksi penyakit TB paru dengan cara survey.
2. Pengobatan dan Isolasi pasda pasien yang positif mengidap TB paru.
3. Pengawasan ketat pada pasien positif Tb paru selama masa penyembuhan / pengobatan.
4. Pendidikan perilaku sehat pada masyarakat sehingga sanitasi dan higiene lingkungan tempat tinggal masyarakat terbebas oleh Mycobacterium tuberculosis.
5. Perbaikan gizi dan sanitasi pada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membentuk imunitas pada diri seseorang.
6. Pemberian Vaksin pada orang yang sehat.

F. Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16379/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3448/1/paru-amira.pdf

http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf

http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/90/jiptummpp-gdl-s1-2005-taufikkurr-4453-PENDAHUL-N.pdf

http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/BSukana2_3.pdf
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/Jurnal_TB_Vol_3_No_2_PPTI.pdf

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_DiagnosisTuberkulosisParu.pdf/05_DiagnosisTuberkulosisParu.html

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html

http://www.scribd.com/doc/28000255/Pato-Penularan-Tuberculosis-Paru-Terjadi-Karena-Kuman

http://staff.ui.ac.id/internal/0107050183/material/PATO_DIAG_KLAS.pdf

http://piofamul.com/wp-content/uploads/2010/09/pharamceutical-care-tubercolusis1.pdf

http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/164282908201005551.pdf

Rr Wulan P
E2A009077
Reg 1 2009

Minggu, 20 Maret 2011

Food and Water Borne Dieases "THYPOID DIEASES"

A. Definisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Typhoid merupakan salah satu penyakit menular yang menyerang organ pencernaan ( terutama usus halus) yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa. Penyakit ini dapat menular melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut secara “faeco-oral”.

Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari a. Minggu I pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu II pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

Gejala – gejala penyakit typhoid :
1. Masa Permulaan (~7 hari)
• Febris makin naik
• Lemah/ fatique (lebih berat dari penyakit febris lain)
• Diare (enterocolitis) pd 10 – 20% (lebih pd anak)
• Anoreksia
• Bradikardi relatif (dibanding dgn takikardi febri tinggi)
• Ruam “rose spot”. Pada 30% kulit “putih”, biasanya < 5 becak , warna merah/orange, Makuko-papapular, Diameter1 – 4 cm lebih pada tubuh, hilang ssdh 5 hari.
2 Masa Penyakit: minggu ke2 mirip sindroma “influenza”
• Febris makin tinggi (39° - 40°C) & lebih sinambungan
• Bercucuran keringat / diaphoresis [> paracetamol TD]
• Nyeri kepala frontal
• Batuk kering
• Anoreksia / mual
• Perut kembung atau sakit (20 – 40%)
• Lemah (mungkin juga dari paracetamol: Awas! TD)
• Konstipasi / sembelit (berhari-hari, pembesaran limpa Peyers,bukan karena “tidak makan”)
• Hepatomegali (di RI lbh sering drpd hepato-splenomegali)
3. Masa Lanjuntan: minggu ke3
• Makin buruk/toksik
• Lemah serta myalgia
• Febris tinggi & sinambungan
• Abdomen makin kembung,
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
• Miokarditis: takipnea, rales paru
• Makin Apati, Lethargi, Delirium, Psikosis, Somnolen, Semikoma & Konvulsi


B. Epidemiologi
I. Frekuensi : Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang masih tergolong endemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia kasus demam tifoid telah tercantum dalam Undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit tersebut diduga erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan yang jelek (misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan minuman yang belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.3 Di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi proses tumbuh kembang, produktivitas kerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila penderita terkena penyakit ini setidaknya akan mengurangi jam kerja antara 4-6 minggu.

II. Distribusi : Proses penyebaran suatu penyakit dapat ditinjau dati tiga hal,yaitu :
1. Orang : Penyebaran penyakit Typhoid dilihat dari segi orang, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang berisiko terpapar bakteri Salmonella typhosa. Lebih spesifik lagi adalah orang – orang yang memiliki perilaku kebersihan yang buruk, contohnya memakai alat minum secara bergantian, apalagi salah satu diantara mereka dinyatakan oleh dokter positif terjangkit penyakit typhoid, misalnya anggota keluarga yang lain. Penyakit ini tidak membedakan jenis kelamin, baik pria maupun wanita dapat terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhi. Berdasarkan perbandingan umur, kelompok umur 12-30 tahun sebanyak 70-80%, pada umur 31 – 40 tahun sebesar 10-20% dan lebih dari dari 40 % Sebesar 5-10%.
2. Tempat : Penyakit Typhoid dilihat dari segi orang, yang dimaksud adalah tempat atau lokasi yang berisiko terpapar bakteri Salmonella typhi. Misalnya rumah dan tempat kerja atau sekolah. Rumah merupakan tempat yang paling perlu diwaspadai terjadinya penyebaran bakteri Salmonella typhi, karena di rumahlah sering terjadi perturangan alat makan dan minum. Tempat kedua adalah tempat kerja atau sekolah. Biasanya lokasi yang tepat adalah kafetaria. Dimana kafetaria inilah terjadi peristiwa yang sama dengan perilaku yang terjadi di rumah.
3. Waktu : Penyakit Typhoid dilihat dari segi orang, yang dimaksud adalah waktu dimana seseorang berisiko terpapar bakteri Salmonella typhi. Setiap hari, orang pasti melakukan aktivitas. Salah satu aktivitas mereka pasti memiliki risiko terpapar oleh bakteri tersebut. Waktu yang dimaksud adalah waktu dimana seseorang melakukan aktivitas makan dan minum. Misalnya pada saat makan siang di kafetarian tempat kerja atau sekolah.

III. Faktor Determinan :
a. Faktor Host.
Manusia merupakan satu – satunya sumber penularan bakteri Salmonella typhi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan seorang penderita demam carrier kronis. Tramisi bakteri terjadi dengan cara menelan makanan atau air yang terkontaminasi feses manusia yang terinfeksi Salmonella typhi. Selain itu, tranmisi kongental dapat terjadi secara transplansental dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia (beredar bakteri dalam darah) kepada bayi dalam kandungan atau tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu yang merupakan carrier demam typhoid dengan rute fekal oral, seseorang yang telah terinfeksi Salmonella typhi menjadi carrier kronis dan mengekresikan bakeri selama beberapa tahun.(Soegijanto,2002)
b. Faktor Agent
Salmonella typhi dapat hidup dan menginfeksi tubuh manusia. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan Salmonella typhi sebanyak 105- 109 yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Jumlah Salmonella typhi yang tertelan akan mempengaruhi masa inkubasinya, dimana semakin banyak Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh, maka semakin singkat masa inkubasi demam typhoid.(Tumbelaka,2003)
c. Faktor Lingkungan
Demam ini merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara meluas di daerah tropis terutama didaerah dengan sumber air yang tidak memadai dan standar higiene dan sanitasi rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam typhoid dari segi sosial adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sanitasi dan higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. ( Soegijanto,2002)

C. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

Salmonella typhi merupakan mikro-organisme bakteri gram negative yang motil, bergerak dengan rambut getar, bersifat aerob dan tidak membentuk spora. Bakteri ini hidup baik di dalam suhu tubuh manusia maupun suhu yang rendah sedikit serta mati pada suhu 70 0C maupun oleh anti septik. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu :
1. Antigen O (Somotik)
2. Antigen H (flagel)
3. Antigen Vi (Virulen)
4. Protein membran heloin.
Ketiga antigen tersebut dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam anti bodi yang lazim disebut aglutinin (Ngastiah,2002)


D. Mekanisme Penularan
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.Selanjutnya bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus, sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Melalui feses inilah disebarkan melalui ai yang rendah sanitasinya serta melalui beberapa serangga seperti kecoa dan lalat yang menempel pada makanan kita.

E. Cara Penanggulangan
Pencengahan adalah upaya- upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat demam tifoid.
a. Pencengahan Primer
Pencengahan ini merupakan upaya yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan timbulnya faktor penyebab demam tifoid pada seseorang yang dalam keadaan sehat. Pencengahan ini dilakukan dengan cara imunisasi dengan pemberian vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mencuci tangan sebelum menyiapakan dan memakan makanan dan menjaga kesehatan lingkungan. (WHO,2003)
b. Pencengahan Sekunder
Pencegahan ini bertujuan untuk menemukan kasusu-kasus secara dini dan pengobatan yang tepat, antara lain dengan cara :
- Pencarian penderita maupun carrier sedini mungkin
- Perawatan penderita dengan cara isolasi dan pengobatan selama 7-14 hari.
- Penderita diharuskan mengkonsumsi makanan yang berbentuk cair, tinggi protein, lembut dan mudah dicerna seperti bubur.

F. DAFTAR PUSTAKA

http://moveamura.files.wordpress.com/2010/04/askep-pada-klien-dengan-thypoid.pdf

http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/demam-thypoid.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitimuasar-5257-2-bab2.pdf

www.fk.uwks.ac.id/.../Demam%20Tifoid%20_%20Infeksi%20Lain%20dari%20Salmonella.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita-5371-2-babii.pdf

http://files.artikelkesehatan.webnode.com/200000024-11b8012b1b/Commnicable%20Disease.pdf

http://eprints.undip.ac.id/8069/1/Henry_Sanrtoso.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14687/1/10E00291.pdf

http://www.litbang.depkes.go.id/download/regulasi/KMK_155_2007_PEDOMAN_TATALAKS_FLU_BRG.pdf

- Tumbelaka, A.R,2003.Tata laksana Demam tifoid Pada Anak.Pediatrics Update. Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, FKUI.Jakarta.

- Soegijanto, S, 2002. Demam Tifoid. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Edisi Pelaksanaanya. Edisi Pertama. Salemba Medika. Jakarta.


Rr Wulan P
E2A009077
Reguler I